Thursday, October 15, 2009

Kebenaran Hilang

BEBERAPA CATATAN YANG HARUS DIPERHATIKAN

Sebelum saya merekam beberapa pembahasan saya di dalam buku ini, saya ingin mengisyaratkan beberapa catatan yang dapat saya simpulkan dari pengalaman-pengalaman saya mengenai metode pembahasan.

  1. Yakin dan tawakkal kepada Allah SWT adalah merupakan titik tolak pembahasan. Allah SWT telah memberikan cahaya akal kepada manusia, dan menyerahkan urusan penggunaannya ke tangan manusia. Barangsiapa yang mengabaikan cahaya ini dan tidak menyalakannya untuk menyingkap kenyataan, niscaya dia akan hidup di dalam timbunan kebodohan, khurafat dan kesesatan. Berbeda dengan mereka yang menggunakan dan mengembangkan akalnya. Perbedaan di antara kedua kelompok ini kembali kepada satu sebab, yaitu yakin dan tidak yakin. Orang yang merasa lemah dan kalah, dia tidak akan memperoleh manfaat dari akalnya. Adapun orang yang yakin kepada Allah SWT dan kepada akal yang telah diberikan-Nya niscaya dia akan sampai kepada puncak pengetahuan dan peradaban. Oleh karena itu, kebanyakan orang yang menentang cara saya di dalam pembahasan, mereka menggunakan cara ini untuk melemahkan keyakinan diri saya. Mereka mengatakan, "Dari mana Anda mempunyai kemampuan untuk membahas masalah-masalah ini?! Sementara ulama-ulama besar kita belum sampai kepada apa yang yang Anda katakan. Apa kedudukan Anda di hadapan ulama-ulama besar?!" Dan hal-hal lain yang digunakan untuk menghancurkan keyakinan diri.
  2. Menjauhkan diri dari tindakan menipu diri. Dalam arti, mencegah merembesnya kebenaran ke dalam akal. Terkadang itu dilakukan dengan cara menutup diri terhadap kenyataan, sehingga menjadikan seseorang bersikap ta'assub dan tidak mau mendengarkan kata-kata dan pikiran orang lain, tidak mau membaca buku-buku, dan tidak mau bersikap terbuka terhadap keilmuan orang lain. Setiap seruan yang menyuruh kepada penutupan diri, dengan tidak melakukan pembahasan dan tidak mencari ilmu, maka seruan yang seperti ini adalah seruan yang ingin mempertebal kebodohan dan menjauhkan manusia dari kebenaran. Sesungguhnya apa yang dilakukan oleh orang-orang wahabi, yang melarang manusia membaca buku-buku Syi'ah, dan duduk serta berdiskusi dengan orang-orang Syi'ah, adalah cara yang lemah, dan merupakan logika yang tidak sehat. Al-Qur'an al-Karim telah mengecam cara berpikir yang seperti ini dengan firman-Nya, "Katakanlah, 'Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar." (QS. Al-Baqarah:111)
  3. Memperkuat keinginan dalam menghadapi gelombang syahwat dan tekanan masyarakat, yang mengelak dari setiap orang yang menentang dan membangkangnya. Seseorang harus menghadapi tekanan-tekanan ini dengan kesabaran dan kemauan kuat, karena kebenaran tidak terbentang mudah bagi masyarakat dan karakter manusia. Sejarah para nabi Allah telah menunjukan kepada kita betapa mereka mendapat berbagai macam siksaan yang sangat keras dari masyarakat mereka. Bani Israil telah membunuh tujuh puluh orang nabi dalam sehari. Allah SWT berfirman, "Dan tiada seorang nabipun datang kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-oloknya." (QS. az-Zukhruf: 7)
  4. Di sana terdapat banyak hijab, yang terkadang menjadi penghalang tersingkapnya kebenaran. Kita harus memperhatikan dan mengawasinya sehingga kebenaran menjadi lebih jelas. Di antara hijab-hijab itu ialah:

a) Kecintaan terhadap diri. Ini merupakan seburuk-buruknya penyakit yang menimpa setiap manusia. Dari penyakit inilah terpantul seluruh sifat yang tercela, seperti hasud, dengki dan keras kepala. Ketika seorang manusia menjadikan pikiran dan keyakinanya sebagai bagian dari diri dan eksistensinya, sehingga meskipun pikiran dan keyakinannya itu merupakan sesuatu yang khurafat dia tidak mungkin mau menerima segala macam bentuk kritikan yang ditujukan kepadanya. Karena dia menganggap kritikan itu sebagai kritikan terhadap diri dan eksistensinya. Dengan insting mempertahankan diri dan kecintaan terhadapnya, dia akan berperang membela pikiran dan keyakinnya dengan tanpa kesadaran. Dan terkadang dia bersikap ta'asub terhadap sebuah pemikiran disebabkan pemikiran itu menda-tangkan manfaat baginya atau menolak bahaya darinya. Oleh karena itu, dia akan sekuat tenaga membelanya dan menolak segala macam bentuk pemikiran yang lain, meskipun kebenarannya tampak jelas di hadapan matanya. Atau, terkadang juga dia menyukai sebuah pemikiran karena pemikiran itu sejalan dengan hawa nafsunya atau hawa nafsu masyarakatnya, sehingga dia tidak akan mau surut darinya.

b) Kecintaan terhadap nenek moyang. Kecintaan ini mendorong manusia mengikuti mereka dengan tanpa didasarkan kepada pemikiran dan perenungan. Karena dorongan penghormatan dan rasa takut, disamping pendidikan, seseorang tunduk dan menyerah secara mutlak kepada pemikiran dan keyakinan nenek moyang mereka. Ini merupakan salah satu hijab terbesar yang menghalangi manusia untuk bisa menyingkap kebenaran.

c) Kecintaan kepada salaf. Pandangan mengkultuskan para ulama dan orang-orang besar terdahulu, menuntun manusia untuk bertaklid kepada mereka secara mutlak dan bersandar kepada pemikiran-pemikirannya. Ketundukan yang seperti ini merupakan pendorong bagi manusia untuk menyimpang dari kebenaran. Allah tidak menjadikan akal mereka sebagai hujjah bagi kita, melainkan justru akal seluruh manusia sebagai hujjah baginya. Penghormatan kita kepada mereka tidak melarang kita untuk mendiskusikan dan mengkaji pemikiran-pemikiran mereka, supaya kita tidak termasuk ke dalam kelompok orang yang dikatakan oleh Allah SWT, "Dan mereka berkata, 'Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar.'" (QS.al-Ahzab: 67)

d) Salah satu faktor lain yang mendorong manusia jatuh pada kesalahan ialah ketergesa-gesaan. Ketergesa-gesaan ini buah dari senang kepada kemudahan. Dengan tanpa mau bersusah payah dirinya di dalam pembahasan dan penyelidikan, ia ingin mengeluarkan hukum sedini mungkin. Barangsiapa yang menginginkan kebenaran maka dia harus memaksa dirinya untuk bekerja keras di dalam melakukan pembahasan.

Dan begitu juga catatan-catatan ilmiah lainnya yang mau tidak mau harus diletakkan oleh seorang pembahas di hadapan kedua matanya sebelum mulai melakukan pembahasan. Ini pun harus disertai dengan penerimaan total manakala kebenaran itu muncul. Di samping juga memohon pertolongan kepada Allah SWT supaya Dia menerangi hati Anda dengan cahaya kebenaran. "Ya Allah, perlihatkanlah kepada kami kebenaran itu kebenaran dan karuniakanlah kepada kami kemampuan untuk mengikutinya, dan perlihatkanlah kebatilan itu kebatilan dan karuniakanlah kepada kami kemampuan untuk menjauhinya." (Hadis)●

0 comments:

Surah Al-Asr

"Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu di dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman, beramal soleh dan berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan kesabaran."


Demi Masa

Maqam Junjungan Besar Nabi Muhammad saw

Maqam Junjungan Besar Nabi Muhammad saw
Allahumma solli a'la Muhammad, wa ali Muhammad

 

Design by Amanda @ Blogger Buster