Sunday, October 25, 2009

Dialog Yohanes Dengan Para Ulama Mazhab Yang Empat - Bahagian 4

Anda tentu tahu, bahwa seandainya kekhilafahan bukan milik Ali maka tentu dia tidak akan mengklaimnya. Karena, jika dia mengklaimnya, sementara kekhalifahan bukan miliknya, maka dia seorang pendusta. Padahal Anda meriwayatkan bahwa Rasulullah saw telah bersabda, 'Ali bersama kebenaran, dan kebenaran bersama Ali.'[304] Bagaimana mungkin dia mengklaim sesuatu yang bukan merupakan haknya. Karena Jika demikian berarti Nabi Anda telah berdusta.

Anda merasa heran dengan pembangkangan yang dilakukan oleh Bani Israil kepada Nabi mereka di dalam masalah khalifah (pengganti)nya, dan keberpalingan mereka kepada Samiri dan patung anak sapi. Namun —sungguh merupakan sesuatu yang aneh— pada saat yang sama Anda meriwayatkan bahwa Nabi Anda bersabda, 'Niscaya kalian akan mengikuti jejak Bani Israil. Bahkan, seandainya mereka masuk ke lobang biawak, kalian pun akan ikut memasukinya.'[305] Di dalam Kitab suci Anda disebutkan bahwa Bani Israil membangkang nabi mereka di dalam masalah khalifahnya, dan mereka malah berpaling kepada sesuatu yang tidak layak untuknya."

Para ulama itu berkata, "Wahai Yohanes, apakah Anda melihat Abu Bakar tidak layak untuk jabatan kekhilafahan?"

Yohanes berkata, "Demi Allah, saya tidak melihat Abu Bakar layak untuk jabatan kekhilafahan, namun saya juga tidak fanatik terhadap kelompok Rafidhah. Saya membaca kitab-kitab Islam, dan di sana saya melihat bahwa para Imam Anda memberitahukan kita, sesungguhnya Allah SWT dan Rasul-Nya memberitahukan bahwa Abu Bakar tidak layak untuk jabatan kekhilafahan."

Para Imam itu bertanya, "Di mana itu?"

Yohanes menjawab, "Saya lihat di dalam kitab Bukhari Anda,[306] di dalam kitab al-Jam' Baina ash-Shihah as-Sittah, di dalam kitab Sahih Abu Dawud, Sahih Turmudzi,[307] dan Musnad Ahmad bin Hanbal disebutkan bahwa Rasulullah saw telah mengutus Abu Bakar membawa Surat al-Bara'ah ke Mekkah. Ketika Abu Bakar sampai ke Dzil Khulaifah, Rasulullah saw memanggil Ali dan berkata kepadanya, 'Susul Abu Bakar, ambil tulisan darinya, dan bacakan kepada mereka.' Maka Ali pun menyusul Abu Bakar, lalu mengambil tulisan darinya. Kemudian Abu Bakar kembali ke hadapan Rasulullah saw dan berkata, 'Ya Rasulullah, apakah ada ayat yang turun berkenaan denganku?'

Rasulullah saw menjawab, Tidak ada. Hanya saja Jibril as datang kepadaku dan berkata, 'Tidak akan melaksanakan tugas ini kecuali kamu atau seorang laki-laki dari kamu.'

Jika memang demikian perkaranya, dan jika memang Abu Bakar tidak layak menunaikan ayat-ayat yang mudah dari Nabi saw semasa beliau hidup, maka bagaimana mungkin dia layak memangku jabatan kekhilafahan sepeninggal beliau. Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa Ali as layak untuk menunaikan tugas dari Nabi saw. Wahai kaum Muslimin, kenapa Anda bersikap pura-pura dari kebenaran yang sedemikian jelas? Dan kenapa Anda condong kepada mereka? Apa yang Anda takutkan?"

Ulama Hanafi menundukkan kepalanya sejenak, kemudian dia mengangkatnya kembali seraya berkata, "Wahai Yohanes! Sungguh, Anda melihat dengan pandangan yang adil, dan sesungguhnya kebenaran persis sebagaimana yang Anda katakan. Saya ingin lebih menambahkan tentang makna hadis ini untuk Anda. Yaitu bahwa Allah SWT hendak menjelaskan kepada manusia bahwa Abu Bakar tidak layak untuk kedudukan kekhilafahan. Oleh karena itu, Rasulullah saw mengirim Ali di belakangnya, dan memberhentikan Abu Bakar dari kedudukan yang agung ini, supaya manusia tahu bahwa Abu Bakar tidak layak untuk kedudukan tersebut, dan bahwa yang layak menduduki kedudukan tersebut adalah Ali as. Rasulullah saw bersabda, 'Tidak akan menyampaikan tugas ini dari kamu kecuali kamu atau seorang laki-laki dari kamu.'[308] Bagaimana pendapatmu, wahai Maliki?"

Ulama Maliki itu berkata, "Demi Allah, pikiran saya masih dibingungkan oleh kenyataan bahwa Ali menentang Abu Bakar di dalam masalah kekhilafahannya selama enam bulan. Dan, setiap dua orang yang berselisih tentang suatu perkara, maka mau tidak mau salah seorang dari mereka pasti berada di pihak yang benar. Jika kita mengatakan Abu Bakar yang benar, berarti kita telah menyalahi makna ucapan Rasulullah saw yang mengatakan, 'Ali bersama kebenaran, dan kebenaran bersama Ali.' Ini adalah hadis sahih, yang tidak ada perselisihan tentangnya." Kemudian dia melihat ke arah ulama Hanbali, untuk mengetahui pandangannya.

Ulama Hanbali berkata, "Sahabat-sahabatku, betapa banyak kita telah bersikap pura-pura dari kebenaran? Demi Allah, sesungguhnya saya yakin bahwa Abu Bakar dan Umar telah merampas hak Ali as."

Yohanes menuturkan, "Di dalam melakukan pembahasan, banyak sekali pertentangan yang timbul di antara mereka. Namun titik persamaan dari pembicaraan mereka ialah bahwa kebenaran berada di pihak Rafidhah. Yang paling dekat dengan kebenaran di antara mereka ialah ulama Syafi’i. Ulama Syafi’i itu berkata, "Bukankah Anda tahu bahwa Rasulullah saw telah bersabda, 'Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak mengenal imam zamannya, maka dia mati sebagai orang Yahudi atau sebagai orang Nasrani.'

Apa yang yang dimaksud dengan imam zaman? Dan siapakah dia?"

Mereka menjawab, "Imam zaman kita adalah Al-Qur'an, karena kepadanyalah kita mengikuti."

Ulama Syafi’i itu berkata, "Anda semua salah. Karena Rasulullah saw telah bersabda, 'Para Imam itu dari kalangan Quraisy.'[309] Beliau tidak mengatakan, 'lmam itu adalah Al-Qur'an.'"

Mereka berkata lagi, "Rasulullah saw Imam kita."

Ulama Syafi’i itu menjawab, "Anda semua salah. Kafena, tatkala para ulama kita dikritik kenapa Abu Bakar dan Umar meninggalkan jenazah Rasulullah yang masih terbaring belum dimandikan, untuk pergi menuntut jabatan kekhilafahan, dan ini menunjukkan kerakusan mereka akan jabatan tersebut, serta menodai keabsahan kekhilafahan mereka berdua, para ulama kita menjawab, bahwa apa yang mereka berdua lakukan adalah semata-mata kerena melihat sabda Rasulullah saw yang berbunyi, 'Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak mengenal siapa Imam zamannya, maka berarti dia mati dengan kematian jahiliyyah.' Oleh karena itu, mereka berdua pun bersegera pergi untuk menentukan Imam zamannya, karena takut akan ancaman Rasulullah saw dalam hadis ini. Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa yang dimaksud dengan Imam di sini bukanlah Rasulullah saw."

Mereka berkata kepada ulama Syafi’i itu, "Anda sendiri, siapa Imam Anda, wahai Syafi’i?"

Ulama Syafi’i itu menjawab, "Jika saya termasuk kelompok Anda, maka saya tidak mempunyai Imam; sedangkan jika saya termasuk kelompok (Syi'ah) Itsna 'Asyariiyah, maka Imam saya adalah Muhammad bin Hasan as."

Para ulama itu berkata, "Demi Allah, ini adalah perkara yang sulit untuk bisa diterima. Bagaimana mungkin Imam kamu adalah seorang manusia yang mempunyai umur yang sedemikian panjang, yang tidak ada seorang pun yang mempunyai umur sepertinya, serta tidak ada seorang pun yang melihatnya? Hal ini amat sulit untuk bisa diterima?"

Ulama Syafi’i itu berkata, "Dajjal, yang termasuk kelompok kafir, Anda katakan dia ada dan hidup, dan dia ada sebelum Mahdi dan Samiri. Demikian juga, Anda tidak mengingkari adanya Iblis. Berkenaan dengan Khidhir dan Isa, Anda juga mengatakan bahwa keduanya masih hidup. Di kalangan Anda terdapat riwayat-riwayat yang menunjukkan akan pemanjangan umur bagi kelompok orang yang bahagia dan kelompok orang yang celaka. Al-Qur'an al-Karim mengatakan bahwa para pemuda ashabul kahfi telah tidur selama tiga ratus sembilan tahun dengan tidak makan dan tidak minum. Lantas, apakah mustahil apabila salah seorang dari keturunan Rasulullah saw hidup dalam masa yang lama dengan makan dan minum, hanya saja dia tidak memberitahukan kita bahwa seseorang telah melihatnya? Dengan demikian, penolakan kamu akan hal ini tidaklah beralasan."

Yohanes berkata, "Sesungguhnya Nabi Anda telah bersabda, 'Sepeninggalku umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Hanya satu golongan yang selamat, sementara tujuh puluh dua lainnya berada di dalam neraka. Apakah Anda tahu, golongan mana yang selamat itu?"

Mereka menjawab, "Mereka itu adalah kelompok Ahlus Sunnah wal Jamaah. Karena, tatkala Rasulullah saw ditanya tentang siapakah golongan yang. selamat itu, Rasulullah saw menjawab, 'Orang-orang yang berpijak pada sunahku sekarang dan sunah para sahabatku.'"[310]

Yohanes kembali bertanya, "Dari mana Anda tahu bahwa Anda berpijak pada sunah Rasulullah saw?"

Mereka menjawab, "Ulama-ulama terkemudian menukilkan itu dari ulama-ulama terdahulu."

Yohanes berkata lagi, "Lantas, siapa yang berpegang kepada nukilan Anda?"

Dengan heran mereka bertanya, "Memangnya kenapa?"

Yohanes menjawab, "Karena dua hal:

Pertama, sesungguhnya para ulama Anda banyak sekali menukil hadis-hadis yang menunjukkan kepada keimamahan Ali bin Abi Thalib as dan kelebih-utamaannya, sementara Anda mengatakan bahwa yang demikian itu dusta, dan itu berarti Anda memberi kesaksian bahwa para ulama Anda telah menukil berita dusta. Oleh karena itu, mungkin saja nukilan ini pun dusta."

Kedua, Rasulullah saw salat sebanyak lima kali di mesjid setiap harinya. Namun, mereka tidak mencatat apakah Rasulullah saw membaca bismillah di dalam surat al-Fatihah atau tidak? Apakah Rasulullah saw meyakini membaca bismillah di dalam surat al-Fatihah itu wajib atau tidak? Apakah Rasulullah saw menurunkan kedua tangannya di dalam salatnya atau tidak? Jika dia menyedekapkan kedua tangannya, apakah menyedekapkan tangannya di atas pusar atau di bawah pusar? Apakah di dalam wudu dia mengusap kepalanya sebanyak tiga helai rambut, seperempat kepala, separuhnya atau seluruhnya. Jika sesuatu yang setiap harinya dilakukan berulang kali oleh Rasulullah saw saja tidak dicatat oleh kalangan salaf Anda, maka bagaimana mungkin mereka mencatat sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah saw kecuali hanya sekali atau dua kali! Bagaimana mungkin mereka mencatat sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah saw di dalam hidupnya kecuali hanya sekali atau dua kali. Ini merupakan sesuatu yang sulit sekali untuk bisa diterima! Bagaimana bisa Anda mengatakan bahwa Ahlus Sunnahlah yang berpijak pada sunah Rasulullah saw, padahal sebagian mereka bertentangan dengan sebagian mereka yang lainnya di dalam masalah keyakinan; sementara berkumpulnya dua hal yang saling bertentangan (ijtima' an-naqidhain) adalah sesuatu yang msutahil."

Yohanes menuturkan, "Mereka semua pun terdiam. Kemudian terjadi pembicaraan di antara mereka, dan keluar suara-suara dengan nada tinggi di antara mereka. Mereka berkata, 'Yang benar ialah kita tidak mengetahui siapakah kelompok yang selamat itu. Masing-masing dari kita menyangka bahwa dialah kelompok yang selamat, dan bahwa orang lain di luar mereka celaka. Padahal, bisa saja sebenarnya dia yang celaka, dan kelompok lainnya justru yang selamat."

Yohanes berkata, "Kelompok Rafidhah yang Anda anggap sesat ini, justru mereka merasa yakin merekalah kelompok yang selamat, dan selain mereka akan celaka. Mereka berargumentasi atas hal itu dengan mengatakan bahwa keyakinan mereka lebih menepati kebenaran, dan lebih jauh dari keraguan."

Para ulama itu berkata, "Wahai Yohanes, katakanlah! Demi Allah, kami tidak akan menuduh Anda. Karena kami tahu bahwa Anda mendebat kami untuk memunculkan kebenaran."

Yohanes berkata, "Menurut keyakinan Syi'ah bahwa Allah SWT itu gadim, dan tidak ada yang qadim selainnya. Syi'ah mengatakan Allah SWT itu ada, bukan jisim, tidak menempati tempat, dan terbebas dari hulul (penitisan ke dalam makhluk). Sementara keyakinan Anda menetapkan bahwa selain Dia ada delapan lainnya yang qadim, yaitu sifat-sifat-Nya. Hingga Imam Anda, Fakhrur Razi mengecam Anda dengan mengatakan, 'Sesungguhnya orang-orang Nasrani dan orang-orang Yahudi menjadi kafir karena mereka menetapkan dua Tuhan yang qadim di samping Allah, sementara sahabat-sahabat kita menetapkan sembilan yang qadim.' Adapun Ibnu Hanbal, salah seorang dari Imam Anda mengatakan, 'Sesungguhnya Allah adalah jisim, dan sesungguhnya Dia bertengger di atas 'arasy, dan turun ke bumi dengan wajah berkepala botak.' Demi Allah, bukankah demikian yang Anda katakan?"

Mereka menjawab, "Benar."

Yohanes berkata, "Jika demikian, tentunya keyakinan mereka lebih bagus dari keyakinan Anda. Syi'ah meyakini bahwa Allah SWT tidak melakukan sesuatu yang buruk, tidak melanggar sesuatu yang wajib, dan tidak ada kezaliman sedikit pun di dalam perbuatan-Nya. Mereka rida dengan qadha (ketetapan) Allah, karena Allah SWT tidak menetapkan kecuali kebaikan. Mereka meyakini bahwa perbuatan Allah SWT mempunyai maksud dan tujuan, serta tidak sia-sia. Mereka meyakini bahwa Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Tidak menyesatkan seorang pun dari hamba-Nya, tidak menghalangi mereka dari ibadah, menginginkan ketaatan hamba-Nya, dan melarang mereka dari maksiat. Mereka juga yakin bahwa mereka merdeka di dalam amal perbauatan mereka. Sementara keyakinan Anda mengatakan bahwa semua keburukan berasal dari Allah SWT —Mahasuci Allah dari yang demikian itu. Keyakinan Anda juga mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi pada wujud, yang berupa kekufuran, kefasikan, kemaksiatan, pembunuhan, pencurian dan zina, semuanya itu diciptakan oleh Allah SWT pada diri pelakunya, dan dikehendaki oleh-Nya terjadi pada diri mereka. Dia menetapkan qadha(ketetapan) atas mereka, dan menghilangkan kebebasan dari diri mereka, lalu kemudian mengazab mereka. Anda tidak rida dengan ketetapan Allah SWT. Dan, bahkan Allah SWT pun tidak rida dengan ketetapan-Nya. Keyakinan Anda mengatakan Allahlah yang telah menyesatkan hamba-Nya, menghalangi mereka dari ibadah dan keimanan. Padahal, Allah SWT berfirman, 'Dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya. Jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridai bagimu kesyukuranmu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.' (QS. az-Zumar: 7)

Cobalah berpikir, apakah keyakinan Anda lebih baik dari keyakinan mereka, atau keyakinan mereka lebih baik dari keyakinan Anda?!

Syiah mengatakan, para nabi terjaga dari dosa (maksum) sejak permulaan umurnya hingga akhir hidupnya. Baik dari dosa kecil maupun dosa besar, baik yang berhubungan dengan wahyu maupun yang bukan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Sementara keyakinan Anda mengatakan, mereka bisa terkena salah dan lupa. Anda menuduh Rasulullah saw lupa Al-Qur'an. Anda mengatakan bahwa Rasulullah saw mengerjakan salat Subuh, lalu membaca surat an-Najm yang berbunyi, 'Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al-Lata, al-'Uzza dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anakperempuan Allah)?' (QS. an-Najm: 19 - 20)

Ini adalah kekufuran dan kemusyrikan yang jelas sekali. Bahkan, sebagian dari ulama Anda telah menulis sebuah kitab yang khusus mencatat dosa-dosa yang dinisbatkan kepada para nabi as. Kemudian, kalangan Syi'ah menjawab kitab tersebut dengan menulis sebuah kitab yang mereka beri judul Tanzih al-Anbiya (membersihkan para nabi).[311] Sekarang, di antara dua keyakinan ini, mana yang lebih dekat kepada kebenaran dan lebih selamat, menurut Anda?

Keyakinan Syi'ah mengatakan bahwa Rasulullah saw tidak meninggal dunia kecuali setelah meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan meneruskan kepemimpinan sepeninggalnya. Dia tidak meninggalkan umatnya dalam keadaan terlantar dan tidak juga menyalahi firman Allah SWT. Sementara keyakinan Anda mengatakan, Rasulullah saw meninggalkan umatnya dalam keadaan terlantar, dan tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan meneruskan kepemimpinan sepeninggalnya. Padahal, Kitab suci yang turun kepada Anda mengatakan wajibnya seseorang meninggalkan wasiat. Demikian juga, hadis Nabi Anda menyatakan wajibnya meninggalkan wasiat. Oleh karena itu, berdasarkan keyakinan Anda ini berarti Rasulullah saw telah memerintahkan sesuatu yang tidak dikerjakannya. Mana di antara dua keyakinan ini yang paling layak mendapat keselamatan?

Keyakinan Syi'ah mengatakan bahwa Rasulullah saw tidak meninggalkan dunia ini kecuali setelah menetapkan kekhilafahan Ali bin Abi Thalib as, dan tidak meninggalkan umat dalam keadaan terlantar. Rasulullah saw berkata kepada Ali as pada hadis Yaum ad-Dar, 'Engkau adalah saudaraku, washiku, dan khalifahku setelahku. Maka dengarlah dan taatilah dia.' Anda semua menukilkannya, dan demikian juga dengan para Imam Qari, ath-Thabari, al-Kharkusyi dan Ibnu Ishaq.

Rasulullah saw juga bersabda pada hari Ghadir Khum, 'Barangsiapa yang aku sebagai pemimpinnya maka inilah Ali pemimpinnya." Hingga Umar berkata kepada Ali, 'Selamat, selamat bagi kamu, hai Ali. Sekarang, kamu telah menjadi pemimpin setiap Mukmin laki-laki dan Mukmin perempuan.' Imam Anda Ahmad bin Hanbal menukilkannya di dalam kitab Musnadnya.[312] Rasulullah saw juga telah berkata kepada Salman berkenaan dengan Ali, 'Sesungguhnya washiku dan pewarisku adalah Ali bin Abi Thalib.' Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Anda Ahmad bin Hanbal.[313]

Rasulullah saw juga telah bersabda, 'Sesungguhnya pada malam mikraj para nabi telah berkata kepadaku, 'Kami diutus untuk menyatakan kenabianmu dan kewalian Ali bin Abi Thalib.' Anda meriwayatkan hadis ini di dalam kitab ats-Tsa'labi dan kitab al-Bayan. Rasulullah saw juga bersabda, 'Sesungguhnya Ali mencintai Allah dan Rasul-Nya.' Hadis ini Anda riwayatkan di dalam kitab Bukhari dan Muslim.[314] Rasulullah saw bersabda, 'Tidak ada yang dapat menunaikan tugas ini kecuali aku atau seorang laki-laki dariku.' Yang Rasulullah saw maksud adalah Ali bin Abi Thalib. Hadis ini diriwayatkan di dalam kitab al-Jam' Baina ash-Shahihain. Dalam hadis yang lain Rasulullah saw bersabda, 'Kedudukan engkau di sisiku tidak ubahnya seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi sepeninggalku.' Hadis ini diriwayatkan di dalam kitab Sahih Bukhari.[315] Allah SWT juga telah menurunkan ayat Al-Qur'an berkenaan dengan Ali, 'Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang disebut.' (QS. ad-Dahr: 1)

Pada kesempatan lain Dia juga menurunkan ayat berkenaan dengan Ali, 'Sesungguhnya pemimpin kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat dalam keadaan ruku.' (QS. al-Maidah: 55)

Dia adalah pemilik ayat sedekah.[316] Pukulan pedangnya kepada 'Amr bin Abdul Wudd, lebih utama dari amal perbuatan yang dilakukan umat hingga hari kiamat.[317] Dia adalah saudara Rasulullah saw, suami dari putrinya, pintu kota ilmu, pemimpin orang-orang yang bertakwa, pemuka agama, dan pemimpin kelompok al-ghurr al-muhajjalin.[318] Dia adalah penyelesai kesulitan, dan pengudar keruwetan. Dia adalah Imam yang berdasarkan nash Ilahi. Kemudian setelahnya adalah Hasan dan Husain, yang Rasulullah saw telah berkata tentang keduanya, 'Keduanya ini adalah imam, baik ketika duduk maupun berdiri. Dan bapak keduanya lebih baik dari keduanya.'[319]

Rasulullah saw bersabda, 'Hasan dan Husain adalah dua penghulu pemuda ahli surga.'[320] Kemudian, Ali Zainal Abidin. Kemudian, putra-putranya yang maksum, yang diakhiri oleh al-Hujjah al-Qa'im al-Mahdi Imam Zaman as, yang mana barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak mengenalnya maka dia mati dalam keadaan jahiliyyah.'

Anda meriwayatkan di dalam kitab-kitab sahih Anda, dari Jabir bin Samurah yang berkata, 'Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Sepeninggalku akan ada dua belas orang amir', kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak terdengar oleh saya.'[321]

Di dalam kitab Bukhari Anda[322] disebutkan bahwa Rasulullah saw telah bersabda, 'Urusan manusia akan tetap berjalan selama pemimpin mereka masih dua belas orang laki-laki'. Kemudian Rasulullah saw mengatakan sesuatu yang tidak terdengar oleh saya.

Di dalam Sahih Muslim disebutkan, 'Urusan agama ini akan tetap tegak berdiri hingga datangnya hari kiamat, dan pada mereka terdapat dua belas orang khalifah, yang kesemuanya berasal dari Qurasy."[323] Di dalam kitab al-Jam' Baina ash-Shahihain, dan juga di dalam kitab sahih yang enam (ash-shihah as-sittah) disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, 'Sesungguhnya urusan ini tidak akan berlalu sehingga datangnya dua belas orang kahlifah, yang kesemuanya mereka berasal dari bangsa Quraisy.'[324]

Seorang ulama Anda, muhaddis Anda dan kepercayaan Anda, penulis kitab Kifayah ath-Thalib, dari Anas bin Malik yang berkata, 'Saya pernah bersama Abu Dzar, Salman, Zaid bin Tsabit, dan Zaid bin Arqam berada di sisi Nabi saw. Pada saat itu masuklah Hasan dan Husain as. Melihat itu Rasulullah saw pun menciumi keduanya. Setelah itu, Abu Dzar berdiri dan mencium kedua tangan keduanya, dan kemudian duduk kembali bersama kami.

Secara perlahan-lahan saya bertanya kepada Abu Dzar, 'Wahai Abu Dzar, Anda adalah seorang orang tua dari kalangan sahabat Rasulullah saw. Anda berdiri menghampiri kedua anak kecil Bani Hasyim, kemudian sibuk dengan keduanya dan menciumi kedua tangankeduanya.'

Abu Dzar menjawab, 'Benar. Kalau sekiranya engkau mendengar sebagaimana yang telah aku dengar tentang keduanya, niscaya engkau akan melakukan lebih dari apa yang telah aku lakukan.'

Kami bertanya, 'Wahai Abu Dzar, apa yang telah engkau dengar dari Rasulullah saw tentang keduanya?'

Abu Dzar menjawab, 'Saya telah mendengar Rasulullah saw berkata kepada Ali dan kepada keduanya, 'Demi Allah, sekkanya seorang hamba mengerjakan salat dan puasa hingga lusuh, niscaya salat dan puasanya itu tidak akan memberikan manfaat kepadanya kecuali dengan mencintai engkau dan berlepas diri dari musuh-musuh engkau.

Ya Ali, Barangsiapa yang bertawassul kepada Allah dengan perantaraan hakmu, maka Allah SWT berkewajiban untuk tidak menolaknya dengan kegagalan.

Ya Ali, Barangsiapa yang mencintaimu dan berpegang kepadamu, maka berarti dia telah berpegang kepada tali yang amat kuat.' Anas bin Malik berkata, 'Kemudian, Abu Dzar pun berdiri dan keluar. Lalu, kami pun maju ke hadapan Rasulullah dan bertanya, 'Ya Rasulullah saw, Abu Dzar telah memberitahukan kami begini-begini.'

Rasulullah saw menjawab, 'Sungguh benar apa yang telah dikatakanoleh AbuDzar.'[325]

Kemudian, Rasulullah saw bersabda, 'Allah SWT telah menciptakanku dan Ahlul Baitku dari cahaya yang sama, tujuh ribu tahun sebelum Dia menciptakan Adam. Kemudian, kami dipindahkan dari tulang sulbinya ke dalam tulang-tulang sulbi yang suci, dan kemudian kepada rahim-rahim yang suci.'

Saya bertanya, 'Ya Rasulullah, ketika itu Anda semua di mana? Dan dalam bentuk apa Anda semua ketika itu?

Rasulullah saw menjawab, 'Ketika itu kami berupa bayangan dari cahaya, tergantung di bawah 'arasy, dalam keadaan senantiasa bertasbih dan mensucikan Allah SWT.'

Kemudian Rasulullah saw meneruskan sabdanya, 'Ketika aku diangkat ke langit dan sampai ke sidrah al-muntaha, Jibril meninggalkanku.

Lalu aku berteriak, 'Wahai kekasihku, Jibril, engkau meninggalku pada maqam yang seperti ini?'

Jibril menjawab, 'Wahai Muhammad, aku ddak boleh naik ke tempat ini. Karena kedua sayapku akan terbakar. Kemudian, aku dilempar dari satu cahaya ke cahaya yang lain. Masya Allah. Kemudian Allah SWT berkata, 'Ya Muhammad, sesungguhnya Aku memandang ke bumi sekali pandangan, lalu Aku memilihmu dan menjadikan kamu sebagai nabi. Kemudian, Aku memandang ke bumi sekali lagi, lalu Aku memilih Ali dan menjadikannya sebagai washimu, pewaris ilmumu, dan Imam sepeninggalmu. Lalu, Aku mengeluarkan dari tulang sulbimu keturunan yang suci dan para Imam yang maskum, yang akan menjadi perbendaharaan ilmu-Ku. Seandainya bukan karena mereka, niscaya Aku tidak akan menciptakan dunia dan akhirat, serta surga dan neraka. Maukah kamu melihat mereka?'

Aku katakan, 'Ya, wahai Tuhanku.' Kemudian, datang seruan, 'Hai Muhammad, angkat kepalamu', maka aku pun mengangkat kepalaku. Tiba-tiba aku melihat cahaya Ali, Hasan, Husain, Ali bin Husain, Muhammad bin Ali, Ja'far bin Muhammad, Musa bin Ja'far, Ali bin Musa, Muhammad bin Ali, Ali bin Muhammad, Hasan bin Ali, dan al-Hujjah bin Hasan, cahayanya berkilau di antara mereka, seperti bintang yang bersinar —salawat dan salam atas mereka.

Aku berkata, 'Wahai Tuhanku, siapakah mereka?'

Allah SWT menjawab, 'Mereka itu adalah para imam yang suci sepeninggalmu, yang berasal dari tulang sulbimu. Dan, ini adalah al-Hujjah yang akan memenuhi bumi dengan kebenaran dan keadilan, setelah sebelumnya dipenuhi dengan kerusakan dan kezaliman, yang akan menyembuhkan hati orang-orang yang beriman.'

Lalu, kami pun berkata, 'Ya Rasulullah, demi ayah dan ibu kami, sungguh engkau telah mengatakan sesuatu yang aneh (mengagumkan).'

Rasulullah saw menjawab, 'Yang lebih aneh dari ini ialah, sesungguhnya kaum-kaum mendengarkan hal ini dariku, namun kemudian mereka berbalik ke belakang, setelah Allah SWT memberi petunjuk kepada mereka, dan mereka menyakitiku berkenaan dengan mereka (para Imam dari kalangan Ahlul Bait). Sungguh, Allah SWT tidak akan memberikan syafaatku kepada mereka."'[326]

Yohanes berkata, "Keyakinan kamu ialah, bahwa tatkala Rasulullah saw meninggal dunia dia tidak meninggalkan wasiat, dan tidak menetapkan siapa penggantinya. Kemudian, Umar bin Khattab memilih Abu Bakar dan berbaiat kepadanya, yang kemudian diikuti oleh umat. Selanjutnya, Abu Bakar menamakan dirinya sebagai khalifah (pengganti) Rasulullah saw. Anda tahu bahwa tatkala Rasulullah saw meninggal dunia, Abu Bakar dan Umar meninggalkan jenazah Rasulullah yang belum dimandikan dan dikafani. Mereka berdua pergi ke Saifah Bani Sa'idah, dan berselisih dengan kalangan Anshar mengenai kekhilafahan. Abu Bakar merebut kekhilafahan sementara jenazah Rasulullah saw masih terbujur. Tidak ada yang meragukan bahwa Rasulullah saw tidak menunjuk Abu Bakar sebagai khalifah. Abu Bakar telah menyembah berhala selama empat puluh tahun sebelum menjadi Muslim. Padahal, Allah SWT telah berfirman, 'Sesungguhnya janjiku tidak berlaku bagi orang-orang yang zalim.' (QS. al-Baqarah: 124)

Abu Bakar menahan warisan Fatimah yang berasal dari ayahnya. Fatimah berkata, 'Hai Abu Bakar, engkau mewarisi ayahmu, sementara aku tidak mewarisi ayahku? Sungguh, engkau telah mengatakan sesuatu yang mengada-ada.' Fatimah memprotes Abu Bakar dengan firman Allah SWT yang berbunyi,

'Yang akan mewaris aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya'gub.' (QS. Maryam: 6)

'Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud.' (QS. an-Naml: 16)

Allah SWT juga berfirman, 'Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagianpusaka untuk) anak-anakmu.' (QS. an-Nisa: 11)

Abu Bakar menahan Fatimah untuk mendapatkan tanah fadak, pa-dahal Fatimah telah mengklaimnya, dan mengatakan bahwa Rasulullah saw telah menghadiahinya kepada dirinya. Namun, Abu Bakar tidak membenarkan kesaksian Fatimah mengenainya, padahal Fatimah termasuk ahli surga, dan Allah SWT telah menghilangkan dosa darinya, yang merupakan sesuatu yang lebih umum dari dusta dan yang lainnya.

Abu Bakar berkata, Turunkan aku dari kedudukan ini. Sesungguhnya aku bukanlah yang terbaik selama Ali ada di tengah-tengah kamu.'[327] Jika dia benar-benar dengan perkataannya ini, maka dia tidak layak mendahului Ali bin Abi Thalib as. Namun, jika dia dusta maka dia tidak layak untuk menduduki kursi keimamahan.

Abu Bakar berkata, 'Sesungguhnya aku mempunyai setan yang senantiasa mengikutiku. Oleh karena itu, jika aku menyimpang maka luruskanlah aku.'[328] Seseorang yang senantiasa diikuti setan, maka dia tidak layak menduduki kursi keimamahan!!

Abu Bakar berkata berkenaan dengan Umar, 'Sesungguhnya pembaiatan Abu Bakar sebuah kekeliruan. Semoga Allah SWT melindungi kaum Muslimin dari keburukannya. Barangsiapa yang mengulangi sepertinya, maka bunuhlah.'[329] Dari sini, dapat diketahui bahwa pembaiatannya adalah sesuatu yang salah dan tidak benar, dan orang yang melakukan hal yang sama wajib diperangi.

0 comments:

Surah Al-Asr

"Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu di dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman, beramal soleh dan berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan kesabaran."


Demi Masa

Maqam Junjungan Besar Nabi Muhammad saw

Maqam Junjungan Besar Nabi Muhammad saw
Allahumma solli a'la Muhammad, wa ali Muhammad

 

Design by Amanda @ Blogger Buster