Kita akhiri pasal ini dengan dialog yang terjadi di antara Yohanes dengan ulama mazhab yang empat. Ini merupakan dialog yang paling indah di dalam bab ini. Para pembaca hendaknya merenungi berbagai hujjah yang kokoh dan bijaksana yang terdapat di dalam dialog ini. Saya menukil dialog ini dari kitab Munadzarah fi al-Imamah, karya Abdullah Hasan.
Yohanes berkata, "Ketika saya melihat berbagai perselisihan di kalangan para sahabat besar, yang nama-nama mereka disebut bersama nama Rasulullah di atas mimbar, hati saya menjadi resah dan gelisah, dan hampir saya mendapat musibah dalam agama saya. Maka saya pun bertekad untuk pergi ke Baghdad, yang merupakan kubah Islam, untuk menanyakan berbagai perselisihan yang terjadi di antara para ulama kaum Muslimin yang saya lihat, supaya saya dapat mengetahui kebenaran dan mengikutinya. Ketika saya berkumpul dengan para ulama dari mazhab yang empat saya berkata kepada mereka, 'Saya adalah seorang dzimmi, dan Allah SWT telah menunjukkan saya kepada Islam, maka saya pun memeluk Islam. Sekarang, saya datang kepada Anda untuk mendapatkan ajaran agama, syariat Islam dan hadis dari Anda, supaya bertambah pengetahuan saya di dalam agama saya.'
Yang tertua dari mereka —yang merupakan seorang ulama Hanafi— berkata, 'Wahai Yohanes, mazhab Islam itu ada empat. Oleh karena itu, pilihlah salah satu darinya, dan kemudian mulailah baca kitab yang kamu kehendaki.'
Saya berkata kepadanya, 'Saya melihat terdapat perselisihan, namun saya tahu bahwa kebenaran ada pada salah satu di antaranya. Maka Oleh karena itu, pilihkanlah bagi saya —menurut yang Anda ketahui— kebenaran sebagaimana yang dipegang oleh Nabi Anda.'
Ulama Hanafi itu berkata, 'Sesungguhnya kami tidak mengetahui dengan pasti kebenaran mana yang dipegang oleh Nabi kami, namun kami yakin bahwa jalannya tidak keluar dari salah satu kelompok Islam yang ada. Masing-masing dari kami yang empat mengatakan bahwa kamilah yang benar namun mungkin juga salah. Masing-masing mereka juga mengatakan bahwa selainnya salah namun mungkin juga benar. Singkatnya, sesungguhnya mazhab Hanafi adalah mazhab yang paling dekat dan paling sesuai dengan sunah. Mazhab yang paling masuk akal dan mazhab yang paling tinggi di kalangan manusia. Mazhab Hanafi adalah mazhab yang paling banyak dipilih oleh umat, dan bahkan mazhab pilihan para sultan. Kamu harus berpegang kepadanya, niscaya kamu selamat.'"
Yohanes berkata, "Maka berteriaklah Imam dari mazhab Syafi’i, dan saya kira terdapat perselisihan di antara Syafi’i dan Hanafi. Imam mazhab Syafi’i itu berkata kepada ulama Hanafi tersebut, 'Diam, jangan kamu bicara. Demi Allah, kamu telah membual dan telah berdusta. Dari mana kamu mengistimewakan suatu mazhab atas mazhab-mazhab yang lain, dan dari mana kamu menguatkan (tarjih) seorang mujtahid atas mujtahid-mujtahid yang lain? Celaka kamu. Di mana kamu telah mempelajari apa yang telah dikatakan oleh Abu Hanifah, dan apa-apa yang telah diqiyaskan dengan ra'yunya? Sesungguhnya dia (Abu Hanifah)lah orang yang disebut dengan sebutan 'tuan ra'yu', yang berijtihad dengan sesuatu yang bertentangan dengan nas, yang menggunakan istihsan di dalam agama Allah. Sampai-sampai dia meletakkan pendapatnya yang lemah dengan mengatakan, 'Jika seorang laki-laki yang berada di India menikahi seorang wanita yang ada di Romawi dengan akad syar'i. Lalu, setelah beberapa tahun kemudian laki-laki itu mendatangi istrinya dan mendapatinya dalam keadaan hamil dan menggendong anak. Laki-laki itu bertanya kepada istrinya, 'Siapa mereka ini?' Wanita itu menjawab, 'Anak-anakmu'. Kemudian laki-laki itu mengadukan masalah itu kepada seorang qadhi Hanafi, maka qadhi Hanafi itu akan menetapkan bahwa anak-anak tersebut adalah berasal dari tulang sulbinya, dan dinisbahkan kepadanya baik secara zahir maupun secara batin. Dia mewariskan kepada mereka dan mereka pun mewariskan kepadanya.' Laki-laki itu protes, 'Bagaimana mungkin, padahal saya belum pernah menyentuhnya sama sekali?' Maka qadhi Hanafi itu menjawab, 'Mungkin saja Anda pernah berjunub, atau Anda pernah keluar mani lalu air mani Anda terbang dan jatuh ke dalam kemaluan wanita ini.'[224] Wahai Hanafi, apakah ini sesuai dengan Kitab dan sunah?'"
0 comments:
Post a Comment