Apakah ada salah seorang dari sahabat telah mencapai tingkat keimanan yang seperti ini, hingga mencapai tingkat membawa Ism al-A'zham? Sungguh telah menyimpang orang yang telah mencapai derajat ini, apalagi orang yang ada di bawahnya?
Timbul pertanyaan di sini, "Pembelotan (perbuatan berbalik ke belakang) itu terjadi atas apa?"
Bahkan, merupakan tugas kita untuk menanyakan, atas apa pembelotan itu biasanya terjadi?
Di dalam ayat Inqilab terdapat unsur-unsur dasar yang dapat menghantarkan kita kepada jawaban pertanyaan ini, dengan melakukan analisa dan penarikan kesimpulan darinya:
a. Ayat Inqilab mempunyai hubungan yang langsung dengan wafatnya Rasulullah saw, "Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang?"
b. Pembelotan menunjukkan adanya satu dasar yang menjadi tempat terjadinya pembelotan. Yaitu suatu dasar yang dikenal di kalangan seluruh orang yang membelot. Karena jika orang-orang yang membelot itu tidak mengetahui dasar ini, maka tentu tidak dikatakan kepada mereka, "Kamu berbalik ke belakang." Bahkan, sesuatu yang menjadi tempat terjadinya pembelotan adalah sesuatu yang dipegang teguh oleh para pembelot untuk beberapa waktu hingga terjadinya pembelotan.
c. Sesungguhnya perkara ini mempunyai hubungan yang langsung dengan Allah dan Rasul-Nya saw, dan dari mereka berdualah mereka membelot.
d. Sesungguhnya bahaya pembelotan ini akan mengenai orang-orang yang membelot, baik di dunia maupun di akhirat, "Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. " Allah SWT berfirman sebelumnya, "Maka dia tidak dapat mendatangkan madharat sedikit pun kepada Allah. " Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman, "Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur bagi dirinya sendiri. "
Allah SWT menjelaskan bahwa manfaat syukur kembali kepada hamba itu sendiri, dan demikian juga perbuatan tidak bersyukur madharatnya akan kembali kepada si hamba sendiri.
e. Sesungguhnya pembelotan ini mempunyai kaitan dengan sunah- sunah orang-orang terdahulu. Apa yang orang-orang terdahulu telah membelot darinya maka orang-orang terkemudian pun akan membelot darinya.
f. Allah SWT tidak mengatakan, Dia akan memberi balasan kepada orang-orang Mukmin dan orang-orang Muslim, melainkan Allah SWT mengatakan, "Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." Ini memberikan pengertian bahwa orang yang tidak membelot atau berbalik ke belakang sedikit jumlahnya, "Dan hanya sedikit dari hamba-hamba Kami yang bersyukur. " Ini dikuatkan dengan perkataan-Nya, "Kamu berbalik ke belakang", yang memberikan pengertian umum dan banyak. Kalau sekiranya orang-orang yang membelot itu sedkit jumlahnya, maka tentu Allah SWT akan mengatakan, "Sebagian kamu berbalik ke belakang", dan tentunya tidak benar mengecam mayoritas.
g. Pembelotan ini benar-benar terjadi. Ini didasarkan petunjuk "jawab syarat" yang memberikan pengertian terlaksana manakala terlaksananya "syarat", dan penggunaan bentuk fi'il madhi (kata kerja lampau) yang memberikan pengertian terlaksananya sesuatu.
h. Sesungguhnya ucapan Allah SWT ini khusus ditujukan kepada kaum Muslimin, dan tidak ditujukan kepada orang-orang kafir, karena mereka adalah orang-orang yang menyimpang sejak awal. Demikian juga ayat ini tidak ditujukan kepada orang-orang munafik saja, karena hal ini bertentangan dengan zahir ayat. Kalaulah yang dimaksud dalam ucapan Allah SWT ini hanyalah orang-orang munafik saja, maka tentu Allah SWT akan mengatakan, "Kamu menampakkan pembelotanmu", padahal pembelotan (perbuatan berbalik ke belakang) itu terjadi pada saat Rasulullah saw meninggal dunia.
Untuk mengetahui esensi pembelotan ini, maka kita harus memperhatikan seluruh unsur dasar ini pada saat melakukan analisa dan menarik kesimpulan, dan hendaknya kesimpulan yang ditarik harus sesuai dengan unsur-unsur dasar ini. Karena jika tidak, maka berarti bukan kesimpulan yang benar.
Rasulullah saw adalah seorang pemimpin kaum Muslimin, dan setelah beliau wafat terjadi pembelotan... Lantas kita bertanya, setelah wafatnya seorang pemimpin, atas apa biasanya terjadi pembelotan?! Pada sisi apa Rasulullah saw berperan sebagai katup pengaman bagi umat dari perselisihan, yang jika sekiranya Rasulullah saw tidak ada akan terjadi perselisihan dan pertentangan. Apakah Al-Qur'an al-Karim menjelaskan hal ini? Al-Qur'an al-Karim tidak menjelaskan secara jelas perkara yang amat besar ini, yang tidak diterima oleh sebagian besar manusia, dan yang Rasulullah saw sendiri merasa takut menyampaikannya kepada umat, namun Allah SWT memerintahkan,
"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika kamu tidak melaksanakannya, maka berarti katnu tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah menjaga kamu dari (ganguan) manusia." (QS. al-Maidah: 67)
Dengan memperhatikan secara sekilas ayat di atas kita dapat menyingkap beberapa poin berikut:
1. Sesungghnya perkara yang wajib disampaikan ini, bobotnya menyamai bobot menyampaikan seluruh risalah. Sehingga jika Rasulullah saw tidak menyampaikannya maka dia sama dengan tidak menyampaikan risalah. Sebaliknya, pengingkaran terhadapnya sama dengan pengingkaran terhadap risalah, dan sikap berbalik ke belakang darinya sama dengan sikap berbalik ke belakang dari risalah.
2. Sesungguhnya perkara ini adalah perkara yang banyak mendapat penentangan dari manusia. Bahkan, Rasulullah saw mengkhawatirkan dirinya dari manusia untuk menyampaikan perkara ini. Oleh karena itu, Allah SWT meyakinkannya, "Dan Allah menjaga kamu dari (gangguan) manusia."
3. Perkara ini merupakan penyempurna risalah. Karena jika Rasulullah saw menyampaikan perkara ini maka berarti Rasulullah saw telah menyampaikan risalah dan menyempurnakannya,
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk katnu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridai Islam itu sebagai agamamu. " (QS. al-Maidah: 3)
Ini sejalan dengan ayat Inqilab yang mengatakan bahwa sikap berbalik ke belakang dari perkara ini adalah berarti sikap berbalik ke belakang dari agama ini seluruhnya.
4. "Allah menjaga kamu dari (gangguan) manusia." Ini memberikan arti bahwa sebagian besar manusia tidak menyukai perkara yang Rasulullah saw diperintahkan untuk menyampaikannya? Perkara apakah ini yang Rasulullah saw diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyampaikannya?
Pertama-tama, sesungguhnya perkara ini mempunyai kaitan dengan sikap berbalik ke belakang. Dan ini didasarkan kepada beberapa hal:
1. Karena perkara ini berkaitan dengan risalah, dan berbalik ke belakang darinya adalah berarti berbalik ke belakang dari risalah.
2. Di dalam perkara ini terdapat sikap berbalik ke belakang, disebabkan ketidak-relaan kelompok mayoritas terhadap perkara ini.
3. Rasulullah saw harus menyampaikan perkara ini disebabkan ajalnya sudah dekat, "Sudah hampir masanya aku dipanggil oleh Allah dan aku mesti menjawab panggilan-Nya", sehingga tidak meninggalkan alasan bagi mereka untuk bisa berbalik ke belakang, dan sekaligus menegakkan hujjah yang sempurna atas mereka. Karena perbuatan berbalik ke belakang mempunyai kaitan dengan wafatnya Rasulullah saw.
4. Sesungguhnya perkara yang Allah SWT inginkan Rasulullah saw menyampaikannya ialah satu perkara yang sangat dimungkinkan manusia berpaling darinya. Karena, Rasulullah saw telah menyampaikan seluruh risalah, dengan segenap cabangnya, namun tidak tampak tanda-tanda ketidak-relaan dari kaum Muslimin terhadap seluruh yang telah disampaikan Rasulullah saw, kecuali perkara ini. Rasulullah saw sendiri merasa khawatir untuk menyampaikannya, maka Allah SWT pun memberikan jaminan kepada Rasulullah saw untuk menjaga dan melindunginya dari gangguan manusia.
5. Rasulullah saw berperan sebagai katup pengaman dalam masalah ini. Jika Rasulullah saw meninggal dunia, maka lumpuhlah keamanan, dan manusia akan melakukan yang sebaliknya.
6. Tidak ada sesuatu yang menjadi objek dari sikap berbalik ke belakang selain dari kekhalifahan yang ditetapkan dari sisi Allah SWT. Kekhalifahan siapa yang Rasulullah saw sampaikan?
Hadis-hadis mutawatir, dan begitu juga beratus-ratus kitab referensi kaum Muslimin menceritakan peristiwa al-Ghadir dan pengangkatan Imam Ali sebagai khalifah kaum Muslimin, sebagaimana yang telah disebutkan.
Dari sini, dan dari beribu-ribu hadis lainnya tampak jelas bahwa Rasulullah saw telah menetapkan Ali sebagai khalifah dan Imam atas seluruh makhluk, namun hal ini tidak mendapat kerelaan dari kaum Muslimin. Manakala Rasulullah meninggalkan dunia yang fana ini, dengan segera mereka pun berbalik ke belakang darinya dan merampas apa yang menjadi haknya. Dan hanya sedikit sekali dari mereka yang tetap berpegang teguh. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Allah SWT pada bagian akhir ayat Inqilab, "... dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." Dari ayat ini tampak jelas:
Pertama, mereka itu sedikit jumlahnya. Dengan alasan,
a. Kata "ingalabtum " (kamu berbalik ke belakang), memberikan arti umum dan mayoritas.
b. Firman Allah SWT yang berbunyi, "Dan hanya sedikit dari hamba-hambaku yang bersyukur."
Kedua, syukur di sini sebagai lawan dari kufur, yaitu berbalik ke belakang, "Maka di antara mereka ada yang beriman dan di antara mereka ada yang kafir", "Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus: ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." Jalan ini sudah dikenal, berdasarkan beberapa petunjuk berikut,
a. Petunjuk-Nya kepada jalan yang lurus, "Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus."
b. Perbuatan berbalik ke belakang dari jalan yang lurus. Karena ayat di atas mengatakan, "Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang bersyukur." Yaitu mereka yang mengikuti jalan yang luras ini. Sehingga selain dari mereka adalah orang- orang kafir, karena mereka berbalik ke belakang dari jalan yang lurus.
c. Alif lam ta'rif.
Jalan ini merupakan tempat ujian dan kenikmatan pada waktu yang bersamaan. Yaitu ujian yang dengannya manusia diuji, dan kenikmatan bagi orang yang melaluinya. Biasanya, perbuatan berbalik ke belakang yang menyamai kekufuran adalah perbuatan berbalik ke belakang dari kenikmatan. Manakala kepemimpinan Ali merupakan sebuah kenikmatan, "Dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku", maka perbuatan berbalik ke belakang terjadi atasnya, dan hanya sedikit saja yang menerima kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana yang dikuatkan oleh hadis Rasulullah saw yang bersabda,
"Ketika aku sedang berdiri tiba-tiba datang sekelompok orang yang aku kenal. Lalu keluarlah seorang di antara kami dan berkata, 'Mari.' Aku bertanya, 'Ke mana?' Dia menjawab, 'Ke neraka, demi Allah.' Aku bertanya, 'Apa kesalahan mereka?' Dia men-jawab, 'Mereka telah murtad sepeninggalmu dan telah berbalik dari kebenaran.' Dan aku tidak melihat yang tersisa kecuali sedikit sekali, seperti sekelompok unta yang tersisih."
Hadis ini menguatkan apa yang dikatakan di dalam ayat inqilab, yaitu hanya sedikit orang yang bersyukur terhadap kenikmatan. Rasulullah saw mengatakan, "Aku tidak melihat yang tersisa kecuali sedikit sekali, seperti sekelompok unta yang tersisih." Sebagaimana kelompok unta yang terpisah dari rombongannya sedikit sekali jumlahnya, maka demikian pula para sahabat yang selamat sedikit sekali jumlahnya.
Dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda, "Aku akan mendahului kamu di telaga. Siapa yang berlalu dariku dia akan minum, dan siapa yang telah minum dia tidak akan dahaga selama-lamanya. Kelak ada sekelompok orang yang aku kenal dan mereka juga mengenalku, datang kepadaku. Kemudian mereka dipisahkan dariku. Aku akan berkata, 'Sahabatku, sahabatku.' Lalu dijawab, 'Engkau tidak tahu apa yang telah mereka lakukan sepeninggalmu.' Dan aku pun berkata, 'Enyahlah, enyahlah mereka yang telah berubah sepeninggalku.'"
Rasulullah saw pernah berkata kepada Abu Bakar, manakala Rasulullah meyaksikan para syuhada ahli surga. Rasulullah saw berkata, "Adapun berkenaan dengan mereka, aku memberikan kesaksian bagi mereka." Lalu Abu Bakar berkata, "Dan juga bagi kami, hai Rasulullah?" Rasulullah saw menjawab, "Adapun mengenaimu, aku tidak mengetahui apa yang akan kamu lakukan sepeninggalku. •
0 comments:
Post a Comment